Pernah seorang teman saya, yang baru beberapa tahun ini masuk ke dalam agama Islam, ikut mengkomentari buku saya berjudul 40 Hari Di Tanah Suci melalui sms via ponsel.
Begini komentarnya:
AU SEDANG MAMBACA BUKU NA DITULIS ABANG ON. GET MANYAPAI ASI DISETIAP KATA ALLAH DI PAKE ABANG DENGAN KATA TUHAN. ASI INDA DIPAKE DENGAN KATA ALLAH TERUS TANPA KATA TUHAN. HARANA MENURUTKU KATA TUHAN ITU IDENTIK DENGAN NASRANI. DAN ALLAH MENGATAKAN TIADA TUHAN SELAIN ALLAH. MOHON PENJELASAN NA DA BANG. SMS SAJO PE DA.
Lalu saya jawab:
Kata Tuhan adalah kata umum dalam bahasa Indonesia. Tiada Tuhan selain Allah, maksudnya tidak ada Tuhan yang diakui selain Tuhan yang bernama Allah. Jadi tentang alasan selalu kutulis nama Tuhan, memang buku ini tidak cuma khusus untuk bacaan Muslim, tapi sesuai buat siapa saja yang ingin mengetahui perjalanan haji. Kata Allah biasa sering kudengar diucapkan oleh orang orang yang sering bergaul dengan Muslim saja. Tapi bagi saya yang merupakan tamatan sekolah umum lebih sering memakai kata Tuhan karena saya bukan hanya akrab dengan Muslim saja. Itulah kira alasannya, A Lun. Terima kasih atas pertanyaannya.
Kemudian ia kembali mengirim sms:
BENAR MEMANG KATA TUHAN UNTUK UMUM. TAPI BUKU YANG DITULIS PASTI ORANG MUSLIM YANG MEMBACANYA. TAK MUNGKIN ORANG NASRANI MAU MEMBACA KARENA DARI JUDUL SAJA SUDAH PASTI DI HINDARI ORANG NON MUSLIM. JADI TIDAK TEPAT PENEMPATAN KATA TUHAN DITULIS DI BUKU INI. MENURUTKU INI JADI SATU KELEMAHAN DALAM BUKU INI.
Lalu saya jawab:
Terima kasih atas penilaian anda terhadap buku saya:
40 Hari Di Tanah Suci
Ia berkomentar lagi:
AU MANGIDO MAAF PALA ADONG KATA TEGORANKU NA MAMBAEN ANCIT ROHA NI ABANG DA. INDA ADONG MAKSUD ITU MENGHINA TAPI HANYA SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN ABANG SAJO UNTUK BUKU ABANG NA LAIN. MANGIDO MOOF AU DA BANG.
Kemudian saya jawab lagi:
Tidak ada yang salah. Memang penulis mesti siap dikritik. Bukan hanya Alun yang mengkritik. Tapi masih banyak yang lain. Tapi semua itu akan jadi bahan masukan bagi saya. Terima kasih.
Oleh penulis buku:
40 Hari Di Tanah Suci
Tuesday, June 23, 2009
Komentar seorang Muallap tentang buku saya
Pernah seorang teman saya, yang baru beberapa tahun ini masuk ke dalam agama Islam, ikut mengkomentari buku saya berjudul 40 Hari Di Tanah Suci melalui sms via ponsel.
Begini komentarnya:
AU SEDANG MAMBACA BUKU NA DITULIS ABANG ON. GET MANYAPAI ASI DISETIAP KATA ALLAH DI PAKE ABANG DENGAN KATA TUHAN. ASI INDA DIPAKE DENGAN KATA ALLAH TERUS TANPA KATA TUHAN. HARANA MENURUTKU KATA TUHAN ITU IDENTIK DENGAN NASRANI. DAN ALLAH MENGATAKAN TIADA TUHAN SELAIN ALLAH. MOHON PENJELASAN NA DA BANG. SMS SAJO PE DA.
Lalu saya jawab:
Kata Tuhan adalah kata umum dalam bahasa Indonesia. Tiada Tuhan selain Allah, maksudnya tidak ada Tuhan yang diakui selain Tuhan yang bernama Allah. Jadi tentang alasan selalu kutulis nama Tuhan, memang buku ini tidak cuma khusus untuk bacaan Muslim, tapi sesuai buat siapa saja yang ingin mengetahui perjalanan haji. Kata Allah biasa sering kudengar diucapkan oleh orang orang yang sering bergaul dengan Muslim saja. Tapi bagi saya yang merupakan tamatan sekolah umum lebih sering memakai kata Tuhan karena saya bukan hanya akrab dengan Muslim saja. Itulah kira alasannya, A Lun. Terima kasih atas pertanyaannya.
Kemudian ia kembali mengirim sms:
BENAR MEMANG KATA TUHAN UNTUK UMUM. TAPI BUKU YANG DITULIS PASTI ORANG MUSLIM YANG MEMBACANYA. TAK MUNGKIN ORANG NASRANI MAU MEMBACA KARENA DARI JUDUL SAJA SUDAH PASTI DI HINDARI ORANG NON MUSLIM. JADI TIDAK TEPAT PENEMPATAN KATA TUHAN DITULIS DI BUKU INI. MENURUTKU INI JADI SATU KELEMAHAN DALAM BUKU INI.
Lalu saya jawab:
Terima kasih atas penilaian anda terhadap buku saya:
40 Hari Di Tanah Suci
Ia berkomentar lagi:
AU MANGIDO MAAF PALA ADONG KATA TEGORANKU NA MAMBAEN ANCIT ROHA NI ABANG DA. INDA ADONG MAKSUD ITU MENGHINA TAPI HANYA SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN ABANG SAJO UNTUK BUKU ABANG NA LAIN. MANGIDO MOOF AU DA BANG.
Kemudian saya jawab lagi:
Tidak ada yang salah. Memang penulis mesti siap dikritik. Bukan hanya Alun yang mengkritik. Tapi masih banyak yang lain. Tapi semua itu akan jadi bahan masukan bagi saya. Terima kasih.
Oleh penulis buku:
40 Hari Di Tanah Suci
Begini komentarnya:
AU SEDANG MAMBACA BUKU NA DITULIS ABANG ON. GET MANYAPAI ASI DISETIAP KATA ALLAH DI PAKE ABANG DENGAN KATA TUHAN. ASI INDA DIPAKE DENGAN KATA ALLAH TERUS TANPA KATA TUHAN. HARANA MENURUTKU KATA TUHAN ITU IDENTIK DENGAN NASRANI. DAN ALLAH MENGATAKAN TIADA TUHAN SELAIN ALLAH. MOHON PENJELASAN NA DA BANG. SMS SAJO PE DA.
Lalu saya jawab:
Kata Tuhan adalah kata umum dalam bahasa Indonesia. Tiada Tuhan selain Allah, maksudnya tidak ada Tuhan yang diakui selain Tuhan yang bernama Allah. Jadi tentang alasan selalu kutulis nama Tuhan, memang buku ini tidak cuma khusus untuk bacaan Muslim, tapi sesuai buat siapa saja yang ingin mengetahui perjalanan haji. Kata Allah biasa sering kudengar diucapkan oleh orang orang yang sering bergaul dengan Muslim saja. Tapi bagi saya yang merupakan tamatan sekolah umum lebih sering memakai kata Tuhan karena saya bukan hanya akrab dengan Muslim saja. Itulah kira alasannya, A Lun. Terima kasih atas pertanyaannya.
Kemudian ia kembali mengirim sms:
BENAR MEMANG KATA TUHAN UNTUK UMUM. TAPI BUKU YANG DITULIS PASTI ORANG MUSLIM YANG MEMBACANYA. TAK MUNGKIN ORANG NASRANI MAU MEMBACA KARENA DARI JUDUL SAJA SUDAH PASTI DI HINDARI ORANG NON MUSLIM. JADI TIDAK TEPAT PENEMPATAN KATA TUHAN DITULIS DI BUKU INI. MENURUTKU INI JADI SATU KELEMAHAN DALAM BUKU INI.
Lalu saya jawab:
Terima kasih atas penilaian anda terhadap buku saya:
40 Hari Di Tanah Suci
Ia berkomentar lagi:
AU MANGIDO MAAF PALA ADONG KATA TEGORANKU NA MAMBAEN ANCIT ROHA NI ABANG DA. INDA ADONG MAKSUD ITU MENGHINA TAPI HANYA SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN ABANG SAJO UNTUK BUKU ABANG NA LAIN. MANGIDO MOOF AU DA BANG.
Kemudian saya jawab lagi:
Tidak ada yang salah. Memang penulis mesti siap dikritik. Bukan hanya Alun yang mengkritik. Tapi masih banyak yang lain. Tapi semua itu akan jadi bahan masukan bagi saya. Terima kasih.
Oleh penulis buku:
40 Hari Di Tanah Suci
Tuesday, June 9, 2009
BERBAHAGIALAH
Berbahagialah calon jemaah haji untuk tahun 2009, 2010, 2011, 2012 dan seterusnya.
Berbahagilah dengan hadirnya buku pengalaman haji berjudul 40 Hari Di Tanah Suci. Yang berisikan pengalaman penulis hari demi hari di dalam perjananan hajinya, yang tentu akan sangat berguna untuk menambah pengalaman pembaca yang sudah pergi maupun yang masih akan pergi berhaji ke tanah haram.
Berbahagialah calon jemaah haji dari Sumatera Utara seperti:
Jamaah haji dari Kabupaten Asahan
Jamaah haji dari Kabupaten Batubara
Jamaah haji dari Kabupaten Dairi
Jamaah haji dari Kabupaten Deli Serdang
Jamaah haji dari Kabupaten Humbang Hasundutan
Jamaah haji dari Kabupaten Karo
Jamaah haji dari Kabupaten Labuhan Batu
Jamaah haji dari Kabupaten Angkola Sipirok
Jamaah haji dari Kabupaten Langkat
Jamaah haji dari Kabupaten Mandailing Natal
Jamaah haji dari Kabupaten Nias
Jamaah haji dari Kabupaten Nias Selatan
Jamaah haji dari Kabupaten Nias Utara. Berbahagialah calon haji seluruh Indonesia dengan hadirnya buku 40 Hari Di Tanah Suci
Berbahagilah dengan hadirnya buku pengalaman haji berjudul 40 Hari Di Tanah Suci. Yang berisikan pengalaman penulis hari demi hari di dalam perjananan hajinya, yang tentu akan sangat berguna untuk menambah pengalaman pembaca yang sudah pergi maupun yang masih akan pergi berhaji ke tanah haram.
Berbahagialah calon jemaah haji dari Sumatera Utara seperti:
Jamaah haji dari Kabupaten Asahan
Jamaah haji dari Kabupaten Batubara
Jamaah haji dari Kabupaten Dairi
Jamaah haji dari Kabupaten Deli Serdang
Jamaah haji dari Kabupaten Humbang Hasundutan
Jamaah haji dari Kabupaten Karo
Jamaah haji dari Kabupaten Labuhan Batu
Jamaah haji dari Kabupaten Angkola Sipirok
Jamaah haji dari Kabupaten Langkat
Jamaah haji dari Kabupaten Mandailing Natal
Jamaah haji dari Kabupaten Nias
Jamaah haji dari Kabupaten Nias Selatan
Jamaah haji dari Kabupaten Nias Utara. Berbahagialah calon haji seluruh Indonesia dengan hadirnya buku 40 Hari Di Tanah Suci
Pro dan Kontra Dengan Buku Saya
Pro dan kontra dengan kehadiran buku saya berjudul 40 Hari Di Tanah Suci memang sering saya dengar. Jujur saja saya tuliskan di halaman saya. Sebab ada baiknya semua mengetahui masalah ini. Saya pernah berdialog langsung dengan seseorang. Katanya buku saya adalah pengalaman pribadi. Jadi tidak akan banyak peminatnya. Lalu saya perbincangkan hal ini dengan seorang penulis buku di Jakarta. Katanya buku itu ibarat makanan pecal. Sebagian orang suka pecalnya orang Jawa, sebagian orang suka pecalnya orang Sumatera, jadi semua orang berbeda selera dalam hal buku maupun pecal. Jadi dalam hal keragaman buku, semua ada kekurangan dan kelebihannya, jadi berarti semua buku berguna bila buku itu benar-benar akan menyumbangkan pengetahuan dan pengalaman yang baik buat pembacanya. Bila seseorang tadi lebih suka pengalaman orang banyak, sudah pasti ada orang yang tidak sama seleranya dengan dia. Inilah jawaban dari penulis dari jakarta itu.
Ada lagi yang mengatakan Buku saya berjudul 40 Hari Di Tanah Suci berisi 90 % pengalaman dan 10% Hukum haji. Lalu seseorang bertanya kenapa buku saya tidak memuat fifty fifty antara keduanya. Lalu seorang penulis mengatakan, tentu saja tidak ada buku yang sesuai dengan keinginan kita. Bahkan buku yang kita tulis sendiri selalu punya kekurangan menurut kita sendiri. Jadi tidak akan ada buku yang sempurna kecuali kitab yang diturunkan Tuhan Pencipta Alam.
Ada lagi yang mengatakan, anda terlalu jujur dengan semua pengalaman anda. Sebaiknya anda cukup menuliskan yang biasa-biasa saja. Lalu saya mengatakan: saya memang ingin berbagi pengalaman dengan seluas luasnya bagi para pembaca. Jadi saya rasa lebih baik jujur mengutarakan semua kekurangan dan kelebihan kita. Bila seseorang itu punya kelebihan yang lebih dari saya, dia patut mensyukuri. Bila ia punya kekurangan yang lebih parah, tentu ia masih dapat membenahi diri untuk mencukupkan dirinya.
Seseorang mengatakan pula: Andainya saya tahu kamu menulis buku, saya akan mengajari kamu cara membuat buku yang sesuai dengan perhajian, tapi banyak juga yang bekerja seprofesi dengan dia yang amat memuji sekali. Jadi jelas ada pro dan kontra itu ada. Namun orang orang yang kontra biasanya hanya seseorang yang selalu ingin mencari kesalahan orang lain, tapi belum punya kesempatan, minat, kemauan, untuk menulis sebuah karya yang pasti akan berguna buat banyak orang.
Oleh penulis buku:
Ada lagi yang mengatakan Buku saya berjudul 40 Hari Di Tanah Suci berisi 90 % pengalaman dan 10% Hukum haji. Lalu seseorang bertanya kenapa buku saya tidak memuat fifty fifty antara keduanya. Lalu seorang penulis mengatakan, tentu saja tidak ada buku yang sesuai dengan keinginan kita. Bahkan buku yang kita tulis sendiri selalu punya kekurangan menurut kita sendiri. Jadi tidak akan ada buku yang sempurna kecuali kitab yang diturunkan Tuhan Pencipta Alam.
Ada lagi yang mengatakan, anda terlalu jujur dengan semua pengalaman anda. Sebaiknya anda cukup menuliskan yang biasa-biasa saja. Lalu saya mengatakan: saya memang ingin berbagi pengalaman dengan seluas luasnya bagi para pembaca. Jadi saya rasa lebih baik jujur mengutarakan semua kekurangan dan kelebihan kita. Bila seseorang itu punya kelebihan yang lebih dari saya, dia patut mensyukuri. Bila ia punya kekurangan yang lebih parah, tentu ia masih dapat membenahi diri untuk mencukupkan dirinya.
Seseorang mengatakan pula: Andainya saya tahu kamu menulis buku, saya akan mengajari kamu cara membuat buku yang sesuai dengan perhajian, tapi banyak juga yang bekerja seprofesi dengan dia yang amat memuji sekali. Jadi jelas ada pro dan kontra itu ada. Namun orang orang yang kontra biasanya hanya seseorang yang selalu ingin mencari kesalahan orang lain, tapi belum punya kesempatan, minat, kemauan, untuk menulis sebuah karya yang pasti akan berguna buat banyak orang.
Oleh penulis buku:
Subscribe to:
Posts (Atom)